Jumat, 26 Juni 2020

Tugas TJR III Pertemuan Yang Ke 6 : (Penjelasan Detail Tentang Kerusakan Jalan Flexible Pavement Dan Rigid Pavement)



Nama : Agus Rahmawan
Nim    : 417110001


Tugas TJR III Pertemuan Yang Ke 6

Penjelasan Detail Tentang Kerusakan Jalan Flexible Pavement Dan Rigid Pavement




A. Kerusakan pada Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)



1. Retak (Crack)



Retak adalah suatu gejala kerusakan permukaan perkerasan sehingga akan menyebabkan air pada permukaan perkerasan masuk ke lapisan dibawahnya dan hal ini merupakan salah satu factor yang akan membuat luas/parah suatu (DepartemenPekerjaan Umum, 2007). Didalam pendekatan mekanika retak diasumsikan ada bagian yang lemah pada setiap material. Ketika pembebanan terjadi, ada konsentrasi tegangan yang lebih tinggi disekitar bagian tersebut, sehingga material tersebut tidak lagi memiliki distribusi tegangan yangseragam dan terjadilah kerusakan/ retak pada bagian tersebut dan berkembang ke bagian yang lainnya. Mekanika retak juga menggambarkan perkembangan retak tergantung pada sifat material tersebut (Roque, 2010).



2. DISTORSI (DISTORTION)


Jenis kerusakan lentur atau flexible berupa distorsi dapat terjadi atas lemahnyatanah dasar, pemadatan yang kurang pada lapis pondasi sehingga terjadi tambahan pemadatan akibat beban lalu lintas. Untuk kerusakan jalan yang satu ini dibagi atas beberapa jenis diantaranya:



A. Alur (ruts)



Terjadi pada lintasan roda sejajar dengan as jalan, dapat merupakan tempatmenggenangnya air hujan yang jatuh di atas permukaan jalan, mengurangi tingkat kenyamanan dan akhirnya timbul retak-retak. Kemungkinan disebabkan oleh lapis perkerasan yang kurang padat, dengan demikian terjadi penambahan pemadatan akibat repetisi beban lalu lintas pada lintasanroda. Campuran aspal stabilitas rendah dapat pula menimbulkan deformasi plastis.Perbaikan dapat dilakukan dengan memberi lapisan tambahan yang sesuai.



B. Keriting (corrugation)
Kemungkinan penyebab:1.Rendahnya stabilitas campuran yang dapat berasal dari terlalu tingginya kadar aspal2.Banyak menggunakan agregat halus, agregat bulat dan licin3.Aspal yang dipakai mempunyai penetrasi yang tinggi4.Lalu lintas dibukia sebelum perkerasan mantap.Keriting dapat diperbaiki dengan cara :a. Jika lapisan memiliki pondasi agregat, digaruk kembali, dicampur dengan lapis pondasi, dipadatkan dan diberi lapis perkerasan baru.b. Bahan pengikat mempunyai ketebalan >5cm, lapis tersebut diangkat dan diberi lapisan baru.



C. Sungkur (shoving)Deformasi plastis yang terjadi setempat di tempat kendaraan sering berhenti, kelandaian curam, dan tikungan tajam. Kerusakan dapat terjadi dengan atau tanpa retak.Penyebab kerusakan sama dengan keriting. Perbaikan dilakukan dengan dibongkar dan dilakukan pelapisan kembali.



D. Amblas (grade depression)Terjadi setempat/tertentu dengan atau tanpa retak, terdeteksi dengan adanya air yang tergenang. Amblas disebabkan oleh beban kendaraan yang melebihi apa yang direncanakan, pelaksanaan yang kurang baik, atau penurunan bagian perkerasan dikarenakan tanah dasar mengalami settlement.
Perbaikan dapat dilakukan dengan cara:a. Untuk amblas yang ≤ 5cm, bagian yang pernah diisi dengan bahan yang sesuai lapen, lataston, laston.b. Untuk amblas yang ≥ 5cm, bagian yang amblas dibongkar dan dilapis kembali dengan lapis yang sesuai



E. Jembul (upheaval)Jenis kerusakan Jembul terjadi setempat dengan atau tanpa retak. Hal ini terjadi akibat adanya pengembangan tanah dasar ekspansip. Perbaikan dilakuan dengan membongkar bagian yang rusak dan melapisinya kembali.




3. CACAT PERMUKAAN (DISINTEGRATION)



Jenis kerusakan yang satu ini mengarah pada kerusakan secara kimiawi &mekanis dari lapisan permukaan, yang termasuk cacat permukaan adalah sebagai berikut:



A. Lubang ( Potholes )Kerusakan jalan berbentuk lubang (potholes) memiliki ukuran yang bervariasi dari kecil sampai besar. Lubang-lubang ini menampung dan meresapkan air sampaike dalam lapis permukaan yang dapat menyebabkan semakin parahnya kerusakan jalan.
Proses pembentukan lubang dapat terjadi akibat :
Campuran lapis permukaan yang buruk seperti :a) Kadar aspal rendah, sehingga film aspal tipis dan mudah lepas.b) Agregat kotor sehingga ikatan antar aspal dan agregat tidak baik.c) Temperature campuran tidak memenuhi persyaratan.2. Lapis permukaan tipis sehingga lapisan aspal dan agregat mudah lepas akibat pengaruh cuaca.3. System drainase jelek sehingga air banyak yang meresap dan mengumpul dalam lapis perkerasan.4. Retak-retak yang terjadi tidak segera ditangani sehingga air meresap masuk dan mengakibatkan terjadinya lubang-lubang kecil.Untuk perbaikan maka lubang-lubang tersebut harus dibongkar dan dilapis kembali dimana pembongkaran berfungsi untuk meningkatkan daya cengkram antar sambungan perkerasan yang baru dan perkerasan yang lama.



B. Pelepasan butir (raveling)Dapat terjadi secara meluas dan mempunyai efek serta disebabkan oleh halyang sama dengan lubang. Dapat diperbaiki dengan meberikan lapisan tambahan di atas lapisan yang mengalami pelepasan butir setelah lapisan tersebut dibersihkan dan dikeringkan



C. Pengelupasan Lapisan Permukaan (stripping)Setelah itudilapis dengan buras. Disebabkan oleh kurangnya ikatan antar lapis permukaan dan lapis bawahnya atau terlalu tipisnya lapis permukaan. Dapat diperbaiki dengan cara digaruk, diratakan, dan dipadatkan. Setelah itu dilapis dengan buras. Disebabkan oleh kurangnya ikatan antar lapis permukaan dan lapis bawahnya




4. PENGAUSAN (POLISHED AGGREGATE)



Pengausan terjadi karena agregat berasal dari material yang tidak tahan aus terhadap roda kendaraan / agregat yang digunakan berbentuk bulat dan licin.Dapat diatasi dengan latasir, buras, latasbum.



5. KEGEMUKAN (BLEEDING / FLUSHING)



Pada temperature tinggi, aspal menjadi lunak, dan akan terjadi jejak roda, dapatdisebabkan pemakaian kadar aspal yang tinggi pada campuran aspal, pemakaian terlalu banyak aspal pada pengerjaan prime coat / teak coat. Dapat diatasi dengan menaburkan agregat panas dan kemudian dipadatkan, atau lapis aspal diangkat dan diberi lapisan penutup.


B.KERUSAKAN PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)



Kerusakan perkerasan Kaku/Beton sering terjadi oleh akibat turunnya kualitas bahan.
Kerusakan ini adalah akibat dari hancurnya beton, karena menggunakan campuran dari
material yang daya tahan terhadap perubahan iklim kurang baik. Perkembangan retak sering
terjadi berangsur-angsur yang pada akhirnya akan merusakkan seluruh area perkerasan.
Kerusakan pada perkerasan kaku dapat di akibatkan oleh dua hal:
1. Kondisi perkerasan yang memburuk atau kurangnya mutu kekuatan perkerasan beton
yang disebabkan oleh:
a. Material pembentuk yang tidak awet
b. Proses beku – cair es
c. Reaksi agregat alkali.
d. Melengkung atau tidak tepatnya kelurusan batang ruji (dowel)
e. Tegangan-tegangan yang timbul akibat ekspansi dan penyusutan.

2. Kerusakan yang diakibatkan oleh lemahnya struktur perkerasan beton, lapis pondasi
bawah dan tanah dasar yang disebabkan oleh:
a. Akibat beban yang berlebihan
b. Pemompaan
c. Pecahnya bagian pojok pelat
d. Rusaknya sambungan dan lain-lain

Kerusakan perkerasan kaku dapat diklasifikasikan sebagai berikut:



1). Deformasi (Deformation).



Deformasi adalah sembarang perubahan permukaan perkerasan dari bentuk aslinya.
• Faktor penyebab kerusakan
1). Beban lalu lintas
2). Pengaruh lingkungan atau pengaruh lain misalnya tanah pondasi mudah
mengembang, mudah membeku atau penurunan tanah pondasi yang berlebihan.
3). Retakan pelat beton atau gerakan relatif diantara pelat-pelat.

1.1). Pemompaan (Pumping)
Pemompaan adalah peristiwa terpompanya/terangkatnya campuran air, pasir,
lempung dan atau lanau di sepanjang sambungan transversal atau longitudinal, dan
pinggir perkerasan oleh gerakan berulang-ulang pelat beton akibat beban lalu lintas
1.2). Blow – Up / Buckling
Blow – Up / Buckling adalah rusaknya perkerasan beton akibat tekuk (buckling) lokal
dari perkerasan beton. Biasanya terjadi pada retakan atau sambungan
melintang yang mengalami tegangan tekan yang tinggi, yaitu jika material keras
mengisi sambungan sehingga menghambat pemuaian pelat beton, akibatnya ujung
pelat beton terangkat secara lokal dan tekuk terjadi di dekat sambungannya. Blow –
Up sering terjadi selama musim panas, dimana pelat memuai secara berlebihan.
Menghindari Blow – Ups adalah dengan merawat sambungan secara regular, agar
ruang ekspansi tersedia saat beton memuai. Untuk hal ini sambungan harus selalu
dibersihkan.

1.3). Penurunan atau Patahan (Settlement or Faulting).
Penurunan atau patahan adalah beda elevasi dua pelat beton pada sambungan atau retakan. Patahan biasanya terjadi akibat tidak adanya transfer
beban di antara dua pelat yang diikuti dengan pemadatan atau penyusutan volume
lapisan tanah di bawah pelat tersebut.

1.4). Punch – Out
Punch – Out adalah kerusakan lokal pada perkerasan beton yang pecah menjadi
beberapa bagian yang relatif kecil, sering diikuti dengan tenggelamnya pecahan
pelat. Punch – Out mempunyai banyak perbedaan bentuk, biasanya
didefinisikan dari retakan dan sambungan, atau retak yang berjarak dekat berkisar
1,5 meter.

1.5). Rocking
Rocking adalah fenomena dinamik yang berupa gerakan vertikal pada sambungan
atau retakan akibat beban lalu lintas. Biasanya Rocking terjadi oleh
akibat turunnya tanah dasar atau pemompaan lapisan pendukung dibawah pelat
sehingga dukungan hilang yang dapat menimbulkan patah permanen.


2). Retak (Cracks)



Retak yang terjadi pada perkerasan beton disebabkan oleh beberapa faktor
dengan pola retak yang berbeda-beda. Penyebab perbedaan pola ini juga bermacam-macam.
Retak susun terjadi akibat dari penyusutan beton sendiri. retak ini sering terjadi
selama masa pengeringan. Bentuk retakan biasanya pendek-pendek dengan jarak
yang acak, baik dalam arah memanjang dan melintang.
Semua Perkerasan dari beton semen portland akan mengalami retak susut, tapi
bila perancangan baik, maka retak ini bisa dikendalikan sehingga tidak merusakkan
perkerasan.


• Faktor penyebab kerusakan
1). Kekuatan (mutu bahan dan tebal beton berkurang.
2). Beban kendaraan berlebihan (overload)
3). Kehilangan dukungan tanah dasar yang diakibatkan oleh pemompaan
(Pumping).
4). Rasio lebar pelat beton terhadap panjang tidak benar (sambungan terlalu
jauh).
5). Tegangan tekuk yang berlebihan oleh akibat perubahan temperatur.
6). Tidak sempurnanya transfer beban pada sambungan-sambungan dowel macet
atau melengkung, atau sambungan terlalu melebar.
7). Sambungan tidak cukup dalam, atau buruknya sambungan.

2.1). Retak memanjang (Longitudinal Cracks)
Retak memanjang atau Longitudinal adalah retak individual atau tidak saling
berhubungan satu sama lain yang memanjang disepanjang perkerasan (Gbr. 8.7) .
Retak ini bila nampak sebagai individu maupun sekelompok retakan yang sejajar.

2.2). Retak melintang (Transversal Cracks)
Retak melintang atau transversal adalah retak individual atau tidak saling
berhubungan satu sama lain, yang melintang perkerasan beton. Jika pelat yang
panjang dibangun, retak melintang dapat timbul akibat pelengkungan atau kontraksi
yang berlebihan dari pelat.

2.3). Retak diagonal (Diagonal Cracks)
Retak diagonal adalah retak induvidual atau tidak saling berhubungan satu
sama lain yang menyilang secara diagonal pada perkerasan beton.
menunjukkan retak diagonal pada perkerasan kaku akibat pecahnya struktur pada
perkerasan beton yang dibangun pada tanah dasar dari pasir halus.
Kerusakan yang berupa pecahannya pelat beton terjadi pada bagian sudut pelat.
Penyebab kegagalan struktur semacam ini adalah akibat dari memadatnya tanah
dasar pasir halus, segingga mengurangi kekuatannya dalam mendukung pelat. Kondisi
ini mengakibatkan pecahnya pelat beton oleh akibat tegangan yang berlebihan dalam
pelat.



2.4). Retak berkelok-kelok (Meandering Cracks)
Retak berkelok-kelok adalah retak berkelok-kelok tidak beraturan individual atau
tidak saling berhubungan satu sama lain.



2.5). Retak/Pecah sudut (Corner Breaks)
Pecah sudut/Retak sudut adalah retakan atau pecahan yang terjadi di sudut pelat
beton dengan bentuk pecahan berupa segitiga.
Pecahan beton memotong sambungan pada jarak kurang atau sama dengan setengah
dari panjang pelat di ke dua sisi panjang dan lebarnya diukur dari sudut pelat.
Pecah sudut berbeda dengan gompal sudut, dimana pecah sudut berkembang
memotong keseluruhan pelat secara vertikal, sedangkan gompal sudut adalah gompal
yang memotong sambungan dengan sudut tertentu (Shahim 1994).

2.6). Retak Tekuk (Warping Cracks)
Jika perkerasan beton dibangun tanpa sambungan, retak tekuk dapat terjadi dengan
acak.



2.7). Retak Susut (Shrinkage Cracks)
Retak susut adalah retak rambut yang biasanya hanya beberapa feet dan tidak
berkembang memotong seluruh pelat. Retak ini terjadi saat waktu
penawaran beton dan biasanya tidak sampai memotong ke seluruh kedalaman tebal
pelat.

2.8). Retak Bersilangan Pelat Pecah (Shattered Slab Intersecting Cracks)
Retak bersilangan adalah retak yang memecahkan pelat beton menjadi 4 atau lebih
kepingan, oleh akibat beban lalu lintas berlebihan dan/atau dukungan yang buruk

2.9). Pelat Terbagi (Divided Slab)
Pelat terbagi adalah retakan yang membagi pelat menjadi empat atau lebih bagian
pecahan oleh akibat beban berlebihan, atau oleh buruknya dukungan pelat. Jika seluruh pecahan atau retakan berada didalam kerusakan pecah sudut,
maka kategori kerusakan dianggap sebagai pecah sudut yang parah.

2.10). Retak Daya Tahan (Durability “D” Cracking)
Retak daya tahan atau retak “D” disebabklan oleh ekspansi, yaitu akibat proses beku
– cair dari agregat besar yang dengan berjalannya waktu secara berangsur-angsur
yang memecahkan beton. Kerusakan ini nampak berupa retakan-retakan
yang berada di dekat sambungan atau retakan. Oleh akibat beton retak-retak
didekat sambungan atau retakan, endapan berwarna gelap sering dijumpai di sekitar
retak “D” ini.

3). Pinggir Turun (Lane/Shoulder Droup – Out)



Kerusakan berupa bagian bahu jalan turun relatif terhadap perkerasan. Hal
ini adalah akibat penurunan bahu jalan terhadap permukaan perkerasan atau akibat
erosi bahu.


4). Disintegrasi (Disintegration)



Disintegrasi adalah terurainya pelat beton ke dalam bagian kecil-kecil. Partikel-pertikel
dari agregat terurai menjadi bagian-bagian. Kerusakan ini bila tidak dicegah secepatnya,
dapat berlanjut sampai perkerasan membutuhkan perbaikan total.



4.1). Scaling/Map Cracking/Crazing
Map cracking atau crazing menunjukkan suatu bentuk jaringan retak dangkal,
halus atau retak rambut yang berkembang hanya dipermukaan perkerasan beton.
Retakan cenderung bersudut 120.



4.2). Gompal (Spalling)
Gompal pada sambungan dan sudut adalah pecah atau disintegrasi dari beton
pada bagian pinggir perkerasan, sambungan atau retakan pada arah memanjang
atau melintang. Gompal tidak meluas ke seluruh pelat, tapi hanya
memotong sebagian sambungan atau retakan di sudut.

4.3). Agregat Licin ( Polished Agregate)
Agregat licin adalah tergosoknya partikel agregat di permukaan perkerasan,
sehingga permukaannya menjadi licin karena aus. Kadang-kadang
permukaan perkerasan menjadi licin dan mengkilat.

4.4). Popouts
Popouts adalah pecahan kecil-kecil perkerasan oleh aksi kombinasi beku - cair dan
ekspansi agregat, yang menyebabkan materila perkerasan lepas dan menyebar di
permukaan. Popouts biasanya berdiameter antara 25 – 100 mm
dengan kedalaman 13 – 50 mm



5). Tambalan dan Galian Utilitas (Patching and Utility Cuts)


Tambalan adalah area perkerasan yang telah dibongkar dan diganti dengan material
pengisi. Penambalan sering dilakukan dalam area perkerasan guna perbaikan
perkerasan, dimana dibawah perkerasan ada parit atau lubang yang harus diperbaiki.
Oleh kurangnya pemadatan, maka di area tambalan ini terjadi penurunan yang
merusakkan tambalan


6). Lubang (Pothole)



Lubang adalah kerusakan berbentuk cekungan akibat penurunan permukaan
perkerasan beton dengan tidak memperlihatkan pecahan-pecahan bersudut seperti
Gompal. Pada kerusakan lubang, perkerasan beton pecah dan ambles.
Kedalaman lubang dapat bertambah oleh pengaruh air. Lubang ini terjadi akibat retak
dan disintegrasi dari pelat beton.


7). Kerusakan Penutup Sambungan (Joint Seal Damage)



Kerusakan penutup sambungan adalah sembarang kondisi yang memungkinkan tanah
atau batuan berkumpul pada sambungan atau sembarang kondisi yang
memungkinkan infiltrasi air yang berlebihan masuk ke dalam sambungan. Hilangnya
penutup sambungan menimbulkan tanggul-tanggul kecil pada sambungan.
Kerusakan bahan pengisi sambungan juga dapat menyebabkan masuknya material
keras kedalamnya sehingga dapat menghalangi pemuaian arah horisontal yang
mengakibatkan tegangan berlebihan pada sambungan dan terjadi gompal.


8). Batang Dowel Macet (Frozen Dowel Bars)



Tegangan kekang dapat timbul ketika Dowel tidak lurus atau tidak licin, sehingga pelat
beton menjadi tidak bebas memuai dan menyusut. Kerusakan, biasanya terjadi pada
satu sisi dari pelat beton. Batang dowel yang macet dapat mengakibatkan gompal
(spalling) pada sambungan beton.


9). Persilangan Jalan Rel (Railroad Crossing)



Kerusakan pada persilangan jalan rel dapat berupa ambles atau benjolan di sekitar
dan/atau antara lintasan rel.



10). Retak Pada Perkerasan Beton Bertulang Tanpa Sambungan



 berikut menunjukkan retak dalam perkerasan beton bertulang tanpa
sambungan. Retak umumnya berjarak dekat (1,2 – 2,4 m) dan sering polanya acak
(Yoder dan Witczak, 1975).



Sumber:





0 komentar:

Posting Komentar

Contact

Talk to us

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Dolores iusto fugit esse soluta quae debitis quibusdam harum voluptatem, maxime, aliquam sequi. Tempora ipsum magni unde velit corporis fuga, necessitatibus blanditiis.

Alamat:

Jln.Geres-Suralaga Kab. Lombok Timur NTB

Waktu Kerja:

Senin-Sabtu 08:00-23:59

Phone:

+6287865761174

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Agus Rahmawan (417110001)

NAMA : AGUS RAHMAWAN NIM    : 417110001 MATKUL : TJR III PENJELASAN DETAIL TENTANG 3K , DAN URAIAN DETAIL TENTANG DOKUMEN LIN...