Welcome To Web. Blog Agus Rahmawan

"Bangsa Ini Tidak Kekurangan Orang Pintar, Tetapi Kekurangan Orang Jujur"

facebook.Mas Agus Instagram.Mas Agus WhatApps.Mas Agus YouToube.Mas Agus

Curriculum Vitae

Data Peribadi Agus Rahmawan.

Read More

PP.Mutu Proyek

Mata Kuliah Perencanaan Pengendalaian Mutu Proyek(semeter VI) Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Mataram.

Read More

TJR III

Mata Kuliah Teknik Jalan Raya III(semeter VI) Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Mataram.

Read More

News Suara Rinjani

Berita Seputar Lombok.

Read More

Recent Work

Jumat, 26 Juni 2020

Tugas TJR III Pertemuan Yang Ke 6 : (Penjelasan Detail Tentang Kerusakan Jalan Flexible Pavement Dan Rigid Pavement)

Tugas TJR III Pertemuan Yang Ke 6 : (Penjelasan Detail Tentang Kerusakan Jalan Flexible Pavement Dan Rigid Pavement)



Nama : Agus Rahmawan
Nim    : 417110001


Tugas TJR III Pertemuan Yang Ke 6

Penjelasan Detail Tentang Kerusakan Jalan Flexible Pavement Dan Rigid Pavement




A. Kerusakan pada Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)



1. Retak (Crack)



Retak adalah suatu gejala kerusakan permukaan perkerasan sehingga akan menyebabkan air pada permukaan perkerasan masuk ke lapisan dibawahnya dan hal ini merupakan salah satu factor yang akan membuat luas/parah suatu (DepartemenPekerjaan Umum, 2007). Didalam pendekatan mekanika retak diasumsikan ada bagian yang lemah pada setiap material. Ketika pembebanan terjadi, ada konsentrasi tegangan yang lebih tinggi disekitar bagian tersebut, sehingga material tersebut tidak lagi memiliki distribusi tegangan yangseragam dan terjadilah kerusakan/ retak pada bagian tersebut dan berkembang ke bagian yang lainnya. Mekanika retak juga menggambarkan perkembangan retak tergantung pada sifat material tersebut (Roque, 2010).



2. DISTORSI (DISTORTION)


Jenis kerusakan lentur atau flexible berupa distorsi dapat terjadi atas lemahnyatanah dasar, pemadatan yang kurang pada lapis pondasi sehingga terjadi tambahan pemadatan akibat beban lalu lintas. Untuk kerusakan jalan yang satu ini dibagi atas beberapa jenis diantaranya:



A. Alur (ruts)



Terjadi pada lintasan roda sejajar dengan as jalan, dapat merupakan tempatmenggenangnya air hujan yang jatuh di atas permukaan jalan, mengurangi tingkat kenyamanan dan akhirnya timbul retak-retak. Kemungkinan disebabkan oleh lapis perkerasan yang kurang padat, dengan demikian terjadi penambahan pemadatan akibat repetisi beban lalu lintas pada lintasanroda. Campuran aspal stabilitas rendah dapat pula menimbulkan deformasi plastis.Perbaikan dapat dilakukan dengan memberi lapisan tambahan yang sesuai.



B. Keriting (corrugation)
Kemungkinan penyebab:1.Rendahnya stabilitas campuran yang dapat berasal dari terlalu tingginya kadar aspal2.Banyak menggunakan agregat halus, agregat bulat dan licin3.Aspal yang dipakai mempunyai penetrasi yang tinggi4.Lalu lintas dibukia sebelum perkerasan mantap.Keriting dapat diperbaiki dengan cara :a. Jika lapisan memiliki pondasi agregat, digaruk kembali, dicampur dengan lapis pondasi, dipadatkan dan diberi lapis perkerasan baru.b. Bahan pengikat mempunyai ketebalan >5cm, lapis tersebut diangkat dan diberi lapisan baru.



C. Sungkur (shoving)Deformasi plastis yang terjadi setempat di tempat kendaraan sering berhenti, kelandaian curam, dan tikungan tajam. Kerusakan dapat terjadi dengan atau tanpa retak.Penyebab kerusakan sama dengan keriting. Perbaikan dilakukan dengan dibongkar dan dilakukan pelapisan kembali.



D. Amblas (grade depression)Terjadi setempat/tertentu dengan atau tanpa retak, terdeteksi dengan adanya air yang tergenang. Amblas disebabkan oleh beban kendaraan yang melebihi apa yang direncanakan, pelaksanaan yang kurang baik, atau penurunan bagian perkerasan dikarenakan tanah dasar mengalami settlement.
Perbaikan dapat dilakukan dengan cara:a. Untuk amblas yang ≤ 5cm, bagian yang pernah diisi dengan bahan yang sesuai lapen, lataston, laston.b. Untuk amblas yang ≥ 5cm, bagian yang amblas dibongkar dan dilapis kembali dengan lapis yang sesuai



E. Jembul (upheaval)Jenis kerusakan Jembul terjadi setempat dengan atau tanpa retak. Hal ini terjadi akibat adanya pengembangan tanah dasar ekspansip. Perbaikan dilakuan dengan membongkar bagian yang rusak dan melapisinya kembali.




3. CACAT PERMUKAAN (DISINTEGRATION)



Jenis kerusakan yang satu ini mengarah pada kerusakan secara kimiawi &mekanis dari lapisan permukaan, yang termasuk cacat permukaan adalah sebagai berikut:



A. Lubang ( Potholes )Kerusakan jalan berbentuk lubang (potholes) memiliki ukuran yang bervariasi dari kecil sampai besar. Lubang-lubang ini menampung dan meresapkan air sampaike dalam lapis permukaan yang dapat menyebabkan semakin parahnya kerusakan jalan.
Proses pembentukan lubang dapat terjadi akibat :
Campuran lapis permukaan yang buruk seperti :a) Kadar aspal rendah, sehingga film aspal tipis dan mudah lepas.b) Agregat kotor sehingga ikatan antar aspal dan agregat tidak baik.c) Temperature campuran tidak memenuhi persyaratan.2. Lapis permukaan tipis sehingga lapisan aspal dan agregat mudah lepas akibat pengaruh cuaca.3. System drainase jelek sehingga air banyak yang meresap dan mengumpul dalam lapis perkerasan.4. Retak-retak yang terjadi tidak segera ditangani sehingga air meresap masuk dan mengakibatkan terjadinya lubang-lubang kecil.Untuk perbaikan maka lubang-lubang tersebut harus dibongkar dan dilapis kembali dimana pembongkaran berfungsi untuk meningkatkan daya cengkram antar sambungan perkerasan yang baru dan perkerasan yang lama.



B. Pelepasan butir (raveling)Dapat terjadi secara meluas dan mempunyai efek serta disebabkan oleh halyang sama dengan lubang. Dapat diperbaiki dengan meberikan lapisan tambahan di atas lapisan yang mengalami pelepasan butir setelah lapisan tersebut dibersihkan dan dikeringkan



C. Pengelupasan Lapisan Permukaan (stripping)Setelah itudilapis dengan buras. Disebabkan oleh kurangnya ikatan antar lapis permukaan dan lapis bawahnya atau terlalu tipisnya lapis permukaan. Dapat diperbaiki dengan cara digaruk, diratakan, dan dipadatkan. Setelah itu dilapis dengan buras. Disebabkan oleh kurangnya ikatan antar lapis permukaan dan lapis bawahnya




4. PENGAUSAN (POLISHED AGGREGATE)



Pengausan terjadi karena agregat berasal dari material yang tidak tahan aus terhadap roda kendaraan / agregat yang digunakan berbentuk bulat dan licin.Dapat diatasi dengan latasir, buras, latasbum.



5. KEGEMUKAN (BLEEDING / FLUSHING)



Pada temperature tinggi, aspal menjadi lunak, dan akan terjadi jejak roda, dapatdisebabkan pemakaian kadar aspal yang tinggi pada campuran aspal, pemakaian terlalu banyak aspal pada pengerjaan prime coat / teak coat. Dapat diatasi dengan menaburkan agregat panas dan kemudian dipadatkan, atau lapis aspal diangkat dan diberi lapisan penutup.


B.KERUSAKAN PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)



Kerusakan perkerasan Kaku/Beton sering terjadi oleh akibat turunnya kualitas bahan.
Kerusakan ini adalah akibat dari hancurnya beton, karena menggunakan campuran dari
material yang daya tahan terhadap perubahan iklim kurang baik. Perkembangan retak sering
terjadi berangsur-angsur yang pada akhirnya akan merusakkan seluruh area perkerasan.
Kerusakan pada perkerasan kaku dapat di akibatkan oleh dua hal:
1. Kondisi perkerasan yang memburuk atau kurangnya mutu kekuatan perkerasan beton
yang disebabkan oleh:
a. Material pembentuk yang tidak awet
b. Proses beku – cair es
c. Reaksi agregat alkali.
d. Melengkung atau tidak tepatnya kelurusan batang ruji (dowel)
e. Tegangan-tegangan yang timbul akibat ekspansi dan penyusutan.

2. Kerusakan yang diakibatkan oleh lemahnya struktur perkerasan beton, lapis pondasi
bawah dan tanah dasar yang disebabkan oleh:
a. Akibat beban yang berlebihan
b. Pemompaan
c. Pecahnya bagian pojok pelat
d. Rusaknya sambungan dan lain-lain

Kerusakan perkerasan kaku dapat diklasifikasikan sebagai berikut:



1). Deformasi (Deformation).



Deformasi adalah sembarang perubahan permukaan perkerasan dari bentuk aslinya.
• Faktor penyebab kerusakan
1). Beban lalu lintas
2). Pengaruh lingkungan atau pengaruh lain misalnya tanah pondasi mudah
mengembang, mudah membeku atau penurunan tanah pondasi yang berlebihan.
3). Retakan pelat beton atau gerakan relatif diantara pelat-pelat.

1.1). Pemompaan (Pumping)
Pemompaan adalah peristiwa terpompanya/terangkatnya campuran air, pasir,
lempung dan atau lanau di sepanjang sambungan transversal atau longitudinal, dan
pinggir perkerasan oleh gerakan berulang-ulang pelat beton akibat beban lalu lintas
1.2). Blow – Up / Buckling
Blow – Up / Buckling adalah rusaknya perkerasan beton akibat tekuk (buckling) lokal
dari perkerasan beton. Biasanya terjadi pada retakan atau sambungan
melintang yang mengalami tegangan tekan yang tinggi, yaitu jika material keras
mengisi sambungan sehingga menghambat pemuaian pelat beton, akibatnya ujung
pelat beton terangkat secara lokal dan tekuk terjadi di dekat sambungannya. Blow –
Up sering terjadi selama musim panas, dimana pelat memuai secara berlebihan.
Menghindari Blow – Ups adalah dengan merawat sambungan secara regular, agar
ruang ekspansi tersedia saat beton memuai. Untuk hal ini sambungan harus selalu
dibersihkan.

1.3). Penurunan atau Patahan (Settlement or Faulting).
Penurunan atau patahan adalah beda elevasi dua pelat beton pada sambungan atau retakan. Patahan biasanya terjadi akibat tidak adanya transfer
beban di antara dua pelat yang diikuti dengan pemadatan atau penyusutan volume
lapisan tanah di bawah pelat tersebut.

1.4). Punch – Out
Punch – Out adalah kerusakan lokal pada perkerasan beton yang pecah menjadi
beberapa bagian yang relatif kecil, sering diikuti dengan tenggelamnya pecahan
pelat. Punch – Out mempunyai banyak perbedaan bentuk, biasanya
didefinisikan dari retakan dan sambungan, atau retak yang berjarak dekat berkisar
1,5 meter.

1.5). Rocking
Rocking adalah fenomena dinamik yang berupa gerakan vertikal pada sambungan
atau retakan akibat beban lalu lintas. Biasanya Rocking terjadi oleh
akibat turunnya tanah dasar atau pemompaan lapisan pendukung dibawah pelat
sehingga dukungan hilang yang dapat menimbulkan patah permanen.


2). Retak (Cracks)



Retak yang terjadi pada perkerasan beton disebabkan oleh beberapa faktor
dengan pola retak yang berbeda-beda. Penyebab perbedaan pola ini juga bermacam-macam.
Retak susun terjadi akibat dari penyusutan beton sendiri. retak ini sering terjadi
selama masa pengeringan. Bentuk retakan biasanya pendek-pendek dengan jarak
yang acak, baik dalam arah memanjang dan melintang.
Semua Perkerasan dari beton semen portland akan mengalami retak susut, tapi
bila perancangan baik, maka retak ini bisa dikendalikan sehingga tidak merusakkan
perkerasan.


• Faktor penyebab kerusakan
1). Kekuatan (mutu bahan dan tebal beton berkurang.
2). Beban kendaraan berlebihan (overload)
3). Kehilangan dukungan tanah dasar yang diakibatkan oleh pemompaan
(Pumping).
4). Rasio lebar pelat beton terhadap panjang tidak benar (sambungan terlalu
jauh).
5). Tegangan tekuk yang berlebihan oleh akibat perubahan temperatur.
6). Tidak sempurnanya transfer beban pada sambungan-sambungan dowel macet
atau melengkung, atau sambungan terlalu melebar.
7). Sambungan tidak cukup dalam, atau buruknya sambungan.

2.1). Retak memanjang (Longitudinal Cracks)
Retak memanjang atau Longitudinal adalah retak individual atau tidak saling
berhubungan satu sama lain yang memanjang disepanjang perkerasan (Gbr. 8.7) .
Retak ini bila nampak sebagai individu maupun sekelompok retakan yang sejajar.

2.2). Retak melintang (Transversal Cracks)
Retak melintang atau transversal adalah retak individual atau tidak saling
berhubungan satu sama lain, yang melintang perkerasan beton. Jika pelat yang
panjang dibangun, retak melintang dapat timbul akibat pelengkungan atau kontraksi
yang berlebihan dari pelat.

2.3). Retak diagonal (Diagonal Cracks)
Retak diagonal adalah retak induvidual atau tidak saling berhubungan satu
sama lain yang menyilang secara diagonal pada perkerasan beton.
menunjukkan retak diagonal pada perkerasan kaku akibat pecahnya struktur pada
perkerasan beton yang dibangun pada tanah dasar dari pasir halus.
Kerusakan yang berupa pecahannya pelat beton terjadi pada bagian sudut pelat.
Penyebab kegagalan struktur semacam ini adalah akibat dari memadatnya tanah
dasar pasir halus, segingga mengurangi kekuatannya dalam mendukung pelat. Kondisi
ini mengakibatkan pecahnya pelat beton oleh akibat tegangan yang berlebihan dalam
pelat.



2.4). Retak berkelok-kelok (Meandering Cracks)
Retak berkelok-kelok adalah retak berkelok-kelok tidak beraturan individual atau
tidak saling berhubungan satu sama lain.



2.5). Retak/Pecah sudut (Corner Breaks)
Pecah sudut/Retak sudut adalah retakan atau pecahan yang terjadi di sudut pelat
beton dengan bentuk pecahan berupa segitiga.
Pecahan beton memotong sambungan pada jarak kurang atau sama dengan setengah
dari panjang pelat di ke dua sisi panjang dan lebarnya diukur dari sudut pelat.
Pecah sudut berbeda dengan gompal sudut, dimana pecah sudut berkembang
memotong keseluruhan pelat secara vertikal, sedangkan gompal sudut adalah gompal
yang memotong sambungan dengan sudut tertentu (Shahim 1994).

2.6). Retak Tekuk (Warping Cracks)
Jika perkerasan beton dibangun tanpa sambungan, retak tekuk dapat terjadi dengan
acak.



2.7). Retak Susut (Shrinkage Cracks)
Retak susut adalah retak rambut yang biasanya hanya beberapa feet dan tidak
berkembang memotong seluruh pelat. Retak ini terjadi saat waktu
penawaran beton dan biasanya tidak sampai memotong ke seluruh kedalaman tebal
pelat.

2.8). Retak Bersilangan Pelat Pecah (Shattered Slab Intersecting Cracks)
Retak bersilangan adalah retak yang memecahkan pelat beton menjadi 4 atau lebih
kepingan, oleh akibat beban lalu lintas berlebihan dan/atau dukungan yang buruk

2.9). Pelat Terbagi (Divided Slab)
Pelat terbagi adalah retakan yang membagi pelat menjadi empat atau lebih bagian
pecahan oleh akibat beban berlebihan, atau oleh buruknya dukungan pelat. Jika seluruh pecahan atau retakan berada didalam kerusakan pecah sudut,
maka kategori kerusakan dianggap sebagai pecah sudut yang parah.

2.10). Retak Daya Tahan (Durability “D” Cracking)
Retak daya tahan atau retak “D” disebabklan oleh ekspansi, yaitu akibat proses beku
– cair dari agregat besar yang dengan berjalannya waktu secara berangsur-angsur
yang memecahkan beton. Kerusakan ini nampak berupa retakan-retakan
yang berada di dekat sambungan atau retakan. Oleh akibat beton retak-retak
didekat sambungan atau retakan, endapan berwarna gelap sering dijumpai di sekitar
retak “D” ini.

3). Pinggir Turun (Lane/Shoulder Droup – Out)



Kerusakan berupa bagian bahu jalan turun relatif terhadap perkerasan. Hal
ini adalah akibat penurunan bahu jalan terhadap permukaan perkerasan atau akibat
erosi bahu.


4). Disintegrasi (Disintegration)



Disintegrasi adalah terurainya pelat beton ke dalam bagian kecil-kecil. Partikel-pertikel
dari agregat terurai menjadi bagian-bagian. Kerusakan ini bila tidak dicegah secepatnya,
dapat berlanjut sampai perkerasan membutuhkan perbaikan total.



4.1). Scaling/Map Cracking/Crazing
Map cracking atau crazing menunjukkan suatu bentuk jaringan retak dangkal,
halus atau retak rambut yang berkembang hanya dipermukaan perkerasan beton.
Retakan cenderung bersudut 120.



4.2). Gompal (Spalling)
Gompal pada sambungan dan sudut adalah pecah atau disintegrasi dari beton
pada bagian pinggir perkerasan, sambungan atau retakan pada arah memanjang
atau melintang. Gompal tidak meluas ke seluruh pelat, tapi hanya
memotong sebagian sambungan atau retakan di sudut.

4.3). Agregat Licin ( Polished Agregate)
Agregat licin adalah tergosoknya partikel agregat di permukaan perkerasan,
sehingga permukaannya menjadi licin karena aus. Kadang-kadang
permukaan perkerasan menjadi licin dan mengkilat.

4.4). Popouts
Popouts adalah pecahan kecil-kecil perkerasan oleh aksi kombinasi beku - cair dan
ekspansi agregat, yang menyebabkan materila perkerasan lepas dan menyebar di
permukaan. Popouts biasanya berdiameter antara 25 – 100 mm
dengan kedalaman 13 – 50 mm



5). Tambalan dan Galian Utilitas (Patching and Utility Cuts)


Tambalan adalah area perkerasan yang telah dibongkar dan diganti dengan material
pengisi. Penambalan sering dilakukan dalam area perkerasan guna perbaikan
perkerasan, dimana dibawah perkerasan ada parit atau lubang yang harus diperbaiki.
Oleh kurangnya pemadatan, maka di area tambalan ini terjadi penurunan yang
merusakkan tambalan


6). Lubang (Pothole)



Lubang adalah kerusakan berbentuk cekungan akibat penurunan permukaan
perkerasan beton dengan tidak memperlihatkan pecahan-pecahan bersudut seperti
Gompal. Pada kerusakan lubang, perkerasan beton pecah dan ambles.
Kedalaman lubang dapat bertambah oleh pengaruh air. Lubang ini terjadi akibat retak
dan disintegrasi dari pelat beton.


7). Kerusakan Penutup Sambungan (Joint Seal Damage)



Kerusakan penutup sambungan adalah sembarang kondisi yang memungkinkan tanah
atau batuan berkumpul pada sambungan atau sembarang kondisi yang
memungkinkan infiltrasi air yang berlebihan masuk ke dalam sambungan. Hilangnya
penutup sambungan menimbulkan tanggul-tanggul kecil pada sambungan.
Kerusakan bahan pengisi sambungan juga dapat menyebabkan masuknya material
keras kedalamnya sehingga dapat menghalangi pemuaian arah horisontal yang
mengakibatkan tegangan berlebihan pada sambungan dan terjadi gompal.


8). Batang Dowel Macet (Frozen Dowel Bars)



Tegangan kekang dapat timbul ketika Dowel tidak lurus atau tidak licin, sehingga pelat
beton menjadi tidak bebas memuai dan menyusut. Kerusakan, biasanya terjadi pada
satu sisi dari pelat beton. Batang dowel yang macet dapat mengakibatkan gompal
(spalling) pada sambungan beton.


9). Persilangan Jalan Rel (Railroad Crossing)



Kerusakan pada persilangan jalan rel dapat berupa ambles atau benjolan di sekitar
dan/atau antara lintasan rel.



10). Retak Pada Perkerasan Beton Bertulang Tanpa Sambungan



 berikut menunjukkan retak dalam perkerasan beton bertulang tanpa
sambungan. Retak umumnya berjarak dekat (1,2 – 2,4 m) dan sering polanya acak
(Yoder dan Witczak, 1975).



Sumber:





Selasa, 23 Juni 2020

TGS TJR III Pertemuan 5

TGS TJR III Pertemuan 5




Tugas TJR III ( Pertemuan ke-5)

penjelasan tentang

1.Rigid Pavement
2.Flexibel Pavement
3.Komposit Pavement


Link Jawaban

https://drive.google.com/file/d/1IH_hJIrfgP-kHHg_s-2le-0UC7pLvyE7/view

Minggu, 21 Juni 2020

Tugas TJR III Pertemuan Ke 4

Tugas TJR III Pertemuan Ke 4




Disusun Oleh :
Nama  : Agus Rahmawan
Nim     : 417110001
Tugas TJR III 
Pertemuan Ke 4

Definisi Aspal



Material berwarna hitam atau coklat tua. Pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat, jika dianaskan sampai temperatur tentu dapat menjadi lunak / cair sehingga dapat membungkus partikel agregat pada waktu pembuatan campuran aspal beton atau sapat masuk kedalam pori-pori yang ada pada penyemprotan/ penyiraman pada perkerasan macadam atau pelaburan. Jika temperatur mulai turun. Aspal akan mengeras dan mengikat agregat pada tempatnya (sifat Termoplastis)

  • Hidrocarbon adalah bahan dasar utama dari aspal yang umumnya disebut bitumen. Sehingga aspal sering juga disebut bitumen,
  • Aspal merupakan salah satu material konstruksi perkerasan lentur . Aspal merupakan komponen kecil . Umumnya 4 – 10 % dari berat campuran. Tetapi merupakan komponen yang relatif mahal
  • Aspal umumnya berasal dari salah satu hasil destilasi minyak bumi (Aspal Minyak) dan bahan alami (aspal Alam),
  • Aspal minyak (Aspal cemen) bersifat mengikat agregat pada campuran aspal beton dan memberikan lapisan kedap air. Serta tahan terhadap pengaruh asam, Basa dan garam,
  • Sifat aspal akan berubah akibat panas dan umur, aspal akan menjadi kaku dan rapuh dan akhirnya daya adhesinya terhadap partikal agregat akan berkurang.



Jenis Aspal Berdasarkan cara mendapatkannya


Aspal Alam :- Aspal Gunung (Rock Asphalt)
ex : Aspal P. Buton
- Aspal Danau (Lake Asphalt)
ex : Aspal Bermudez, Trinidad

Aspal alam ada yang diperoleh di gunung-gunung seperti aspal di pulau buton, dan ada pula yang diperoleh di pulau Trinidad berupa aspal danau. Aspal alam terbesar di dunia terdapat di Trinidad, berupa aspal danau. Indonesia memiliki aspal alam yaitu di Pulau Buton, yang terkenal dengan nama Asbuton (Aspal Pulau Buton). Penggunaan asbuton sebagai salah satu material perkerasan jalan telah dimulai sejak tahun 1920, walaupun masih bersifat konvensional. Asbuton merupakan batu yang mengandung aspal. Asbuton merupakan material yang ditemukan begitu saja di alam, maka kadar bitumen yang dikandungnya sangat bervariasi dari rendah sampai tinggi.

Produk asbuton dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu :1) Produk asbuton yang masih mengandung material filler, seperti asbuton kasar,asbuton halus,asbuton mikro, dan butonite mastik asphalt.2) Produk asbuton yang telah dimurnikan menjadi aspal murni melalui proses ekstrasi atau proses kimiawi

Aspal Buatan :Aspal Minyak
Merupakan hasil destilasio minyak bumi

Berdasarkan jenis bahan dasarnya
  • Asphaltic base crude oil
  • Bahan dasar dominan aspaltic
  • Parafin base crude oil
  • Bahan dasar dominan parafin
  • Mixed base crude oil
  • Bahan dasar campuran asphaltic dan parafin
Berdasarkan bentuknya
  • Aspal keras/panas (Asphalt cemen)
aspal yang digunakan dalam keadaan panas dan cair, pada suhu ruang berbentuk padat
*) Aspal keras pada suhu ruang (250 – 300 C) berbentuk padat
*) Aspal keras dibedakan berdasarkan nilai penetrasi (tingkat kekerasannya)
*) Aspal keras yang biasa digunakan :
    -  AC Pen 40/50, yaitu aspal keras dgn penetrasi antara 40 – 50
    -  AC pen 60/70, yaitu aspal keras dgn penetrasi antara 60 – 79
    -  AC pen 80/100, yaitu aspal keras dengan penetrasi antara 80 – 100
    -  AC pen 200/300, yaitu aspal keras dengan penetrasi antara 200-300
*) Aspal dengan penetrasi rendah digunakan di daerah bercuaca panas, volume lalu lintas tinggi.
*) Aspal dengan penetrasi tinggi digunakan untuk daerah bercuaca dingin, lalu lintas rendah.
*) Di Indonesia umumnya digunakan aspal penetrasi 60/70 dan 80/100.
  • Aspal dingin / Cair (Cut Back Asphalt)
aspal yang digunakan dalam keadaan dingin dan cair, pada suhu ruang berbentuk cair
*) Aspal cair merupakan campuran aspal keras dengan bahan pencair dari hasil penyulingan minyak bumi
*) Pada suhu ruang berbentuk cair
*) Berdasarkan bahan pencairnya dan kemudahan penguapan bahan pelarutnya, aspal cair dibedakan atas :
1.  RC (Rapid curing cut back )
Merupakan aspal keras yang dilarutkan dengan bensin (premium), RC
merupakan curback asphal  yang paling cepat menguap.       
RC cut back asphalt dugunakan sebagai:
- Tack coat (Lapis perekat)
- Prime Coat (Lapis resap pengikat)
2.  MC (Medium Curing cut back)
Merupakan aspal keras yang dilarutkan dengan minyak tanah  (Kerosine). MC merupakan cutback aspal yang kecepatan menguapnya sedang.
3.  SC (Slow Curing cut back)
Merupakan aspal keras yang dilarutkan dengan solar, SC merupakan cut back asphal yang paling lama menguap.
SC Cut back asphalt  digunakan sebagai:
- Prime  coat
- Dust laying (lapis pengikat debu)
Cut back aspal dibedakan berdasarkan nilai viscositas pada suhu 600 (makin kental)
ex : 
RC 30 – 60              MC 30 – 60                SC 30 – 60
RC 70 – 140            MC 70 – 140              SC 70 - 140
  • Aspal emulsi (emulsion asphalt)
aspal yang disediakan dalam bentuk emulsi dandigunakan dalam kondisi dingin dan cair
*) Aspal emulsi adlah suatu campuran aspal dengan air dan bahan pengemulsi
Jenis- Jenis Aspal

*) Emulsifer agent merupakan ion bermuatan listrik (Elektrolit), (+) Cation ; (-) Annion
*) Emulsifer agent berfungsi sebagai stabilisator
*) Partikel aspal melayang-layang dalam air karena partikel aspal diberi muatan listrik.

Jenis- Jenis Aspal

*) Berdasarkan muatan listriknya, aspal emulsi dapat dibedakan atas ;
1. Kationik,    
disebut juga aspal emulsi asam, merupakan aspal emulsi yang     bermuatan arus listrik posirif
2. Anionik,
disebut juga aspal emulsi alkali, merupakan aspal emulsi yang     bermuatan negatif
3. Nonionik,
merupakan aspal emulsi yang tidak mengalami ionisasi, berarti        tidak     mengantarkan listrik.
*) Yang umum digunakan sebagai bahan perkerasan jalan adalah aspal emulsi anionik dan kationik.
*) Berdasarkan kecepatan pengerasannya aspal emulsi dibedakan atas
- Rapid Setting (RS), aspal yang mengandung sedikit bahan   pengemulsi sehingga pengikatan cepat terjadi. Digunakan untuk 
Tack Coat
- Medium Setting (MS), Digunakan untuk Seal Coat
- Slow Seeting (SS), jenis aspal emulsi yang paling lambat menguap,    Digunakan Sebagai Prime coat
  • Aspal Buton
Aspal buton merupakan aspal alam yang berasal dari pulau buton, Indonesia.
Aspal ini merupakan campuran antara bitumen dengan bahan mineral lainnya dalam bentuk bantuan.
Karena aspal buton merupakan bahan alam maka kadar bitumennya bervariasi dari rendah sampai tinggi.
Berdasarkan kadar bitumennya aspal buton dibedakan atas  B10, B13, B20, B25, dan B30 (Aspal Buotn B10 adalah aspal buton dengan kadar bitumen rata-rata 10%)



 BAHAN SUSUN ASPAL

Bahan Susun Campuran AC-WC
Secara umum bahan susun Beton Aspal terdiri atas:

1. Agregat
Agregat merupakan sekumpulan butiran batu pecah, kerikil, pasir ataupun komposisi mineral lainnya, baik hasil alam (natural aggregate), hasil olahan (manufacture aggregate) maupun hasil buatan (synthetic aggregate) yang digunakan sebagai bahan penyusun perkerasan jalan.
Menurut Asphalt Institute (2001) agregat adalah suatu mineral padat dan keras yang digunakan pada campuran aspal panas, yang dapat berupa pasir, kerikil batu pecah, slag dan debu batu. Agregat adalah 90-95% berdasarkan berat dan 75-85% berdasarkan volume dari sebagian besar campuran aspal panas. Dengan demikian daya dukung, keawetan dan mutu perkerasan jalan tergantung dari sifat agregat dan hasil pencampuran agregat dengan aspal.


Jenis agregat menurut ukuran butirnya diklasifikasikan sebagi berikut:
1. Agregat kasar, batuan yang tertahan saringan Nomor 8 (2,36 mm)
2. Agregat halus, batuan yang lolos saringan Nomor 8 (2,36 mm) dan tertahan saringan Nomor 30 (0,6 mm)
3. Bahan pengisi (filler), batuan lolos saringan Nomor 200 (0,075 mm)
Bahan pengisi (filler) adalah kumpulan mineral agregat yang lolos saringan Nomor 200 (0,075 mm) digunakan untuk mengisi rongga di antarapartikel bahan susun lapis keras. Menurut Bina Marga (1987), filler adalah bahan berbutir halus yang lolos saringan Nomor 30 (0,6 mm) dimana prosentase berat butir yang lolos saringan Nomor 200 minimum 65%.


Secara umum, syarat agregat dapat digunakan sebagai bahan jalan yaitu:

a. Tahan lama (durable-resistance to abrasive), batuan harus mempunyai kualitas yang cukup tahan terhadap pemecahan degradasi (timbulnya bahan-bahan halus yang besarnya lolos saringan #100 dan tertahan #200 yang disebabkan oleh adanya gaya-gaya mekanis (lalulintas) atau gaya yang berlebihan sebelum dilakukan mixing atau pencampuran) dan disintegrasi (pemecahan atau pemisahan partikel-partikel batuan yang disebabkan karena gaya-gaya kimia).

b. Kekuatan dan kekerasan agregat harus tahan terhadap keausan dan degradasi sehingga dapat memberikan kekuatan dukung campuran sebagai lapis permukaan.

c. Tahan terhadap stripping (pengelupasan permukaan batuan), yaitu dituntut mempunyai adhesi yang baik dengan bahan ikatnya dan juga permukaan agregat yang bersih.

d. Harus memiliki tahanan terhadap polishing agar dapat menyediakan koefisien gesek yang cukup dan dapat bertahan lama.

e. Harus memiliki ketahanan terhadap cuaca, antara lain perubahan suhu, air dan kembang susut.

f. Bentuk partikel yang menyudut (angular) akan mempunyai angka gesek yang lebih besar sehingga akan meningkatkan stabilitas campuran.

g. Tekstur permukaan yang kesat dan kasar memberkan gaya gesek yang lebih besar sehingga akan meningkatkan stabilitas campuran.

2. Aspal

Aspal merupakan campuran yang terdiri dari bitumen dan mineral yang berwarna cokelat hingga hitam, keras hingga cair, mempunyai sifat lekat yang baik, larut dalam lauran CS2, CCl4 maupun CHCl3 dengan sempurna serta mempunyai sifat berlemak dan tidak larut dalam air (Krebs and Walker, 1971).
Aspal didapatkan dengan proses proses destilasi minyak mentah denagn keadaan vakum udara pada suhu sekitar 480 C (900 F). temperature yang digunakan dapat berbeda tergantung dari jenis minyak mentah yang digunakan atau jenis aspal yang diproduksi.
Komposisi aspal terdiri dari 4 golongan senyawa kimia, yaitu asphaltenes, resins, aromatic dan saturates yang selanjutnya gabungan antara resins, aromatic dan saturates sering disebut kelompok maltenes. Kadar kelompok-kelompok kimia tersebut berbeda-beda sesuai dengan nilai penetrasi aspal.
Aspal pada konstruksi perkerasan jalan digunakan sebagai pengikat dan pengisi antar agregat untuk membentuk suatu campuran yang kompak dan sebagai pelindung dari air, selain itu sebagai bahan pengikat yang memberikan ikatan yang kuat antar aspal dan agregat dan antar aspal itu sendiri. Karena fungsinya yang vital, maka aspal harus mempunyai daya tahan terhadap cuaca, mempunai adhesi, kohesi dan memberikan sifat elastic yang tinggi.


Beberapa persyaratan aspal sebagai bahan jalan adalah:
a. Kekakuan (stiffness), dalam hal ini aspal harus memiliki kekakuan atau kekerasan yang cukup agar cukup dapat mempertahankan bentuknya.

b. Mudah dikerjakan (workability)
Workability yang cukup akan memudahkan pelaksanaan penggelaran bahan dan juga dalam pemadatannya untuk memperoleh lapis yang pada dan kompak.

c. Kuat tarik (tensil strength) dan adhesi (adhesion)
Kuat tarik dan adhesi yang cukup sangat diperlukan agar lapis perkerasan yang dibuat akan tahan terhadap retak (cracking) yang ditambah oleh kuat tarik, pengulitan (stripping) yang ditahan oleh adhesi, goyah (raveling) yang ditahan oelh kuat tarik atau adhesi.

d. Tahan terhadap cuaca
Kondisi perkerasan jalan yang mengalami perubahan cuaca mengharuskan aspal mempunyai sifat ini sehingga dapat memenuhi kebutuhan lalulintas serta tahan lama.
Sifat aspal yang dominan pada perilaku lapisan aspal keras jalan adalah termoplastis dan sifat keawetan (durability). Sifat termoplastis, yaitu jika dipanaskan akan melembek dan dapat menjadi lunak atau cair sehingga dapat membungkus partikel atau agregat selama proses pembuatan aspal campuran panas. Sedangkan sifat keawetan, yaitu kemampuan aspal mempertahankan sifat aspalnya akibatnya proses pelaksanaan konstruksi, pengaruh cuaca dan beban lalulintas pada masa pelayanan.
Dalam kaitannya sebagai unsur hidrokarbon yang sangat kompleks, setiap sumber minyak bumi menghasilkan molekul aspal yang berbeda-beda sifat fisiknya sehingga perlu adanya pemeriksaaan laboratorium untuk setiap aspal yang akan digunakan. Hasil pengujian laboratorium tersebut harus memenuhi spesifikasi sifat fisik aspal yang telah ditetapkan. Penambahan additive pun mempengaruhi sifat fisik aspal, dimana tujuan dari penambahan additive ini adalah utnuk meningkatkan kualitas aspal.

Pengujian yang dilakukan terhadap sifat fisik aspal antara lain sebagai berikut:

a. Penetrasi (penetration)
Pengujian penetrasi aspal adalah untuk mengetahui tingkat kekerasan aspal. Nilai penetrasi yang besar menunjukkan aspal yang lunak dan sebaliknya nilai penetrasi yang kecil menunjukkan aspal yang keras. Pengujian penetrasi juga dilakukan setelah adanya kehilangan berat. Hubungan nilai penetrasi dalam pelaksanaan terkait dengan suhu perkerasan, lokasi penggunaan aspal, jenis konstruksi dan kepadatan lalu lintas.

b. Titik lembek aspal (softening point)
Pengujian ini merupakan indicator kepekaan aspal terhadap temperature. Titik lembek merupakan suhu pada saat aspal menjadi lembek karena pembebanan dan kecepatan pembebanan tertentu. Aspal dengan titik lembek yang rendah menunjukkan aspal tersebut sanagt peka terhadap pengaruh suhu sehingga aspal tersebut kurang baik jika digunakan.

c. Titik nyala (flash point)
Titik nyala adalah suhu diaman pada saat terlihat nyala singkat pada suatu titik diatas permukaan aspal. Pengujian ini perlu dilakukan untuk mengetahui temperature maksimum pemanasan aspal sehingga aspal tidak terbakar.

d. Kehilangan berat (lost in heating)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui pengurangan berat aspal akibat penguapan bahan-bahan yang mudah menguap dalam aspal. Penurunan berat yang besar menunjukkan banyaknya bahan yang hilang karena penguapan sehingga aspal akan cepat mengeras dan menjadi rapuh.

e. Kelarutan dalam CCl4 (solubility)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kemurnian aspal. Jika semua bitumen yang diuji larut dalam karbon tetra klorida (CCl4) maak bitumen tersebut murni.

f. Daktilitas (ductility)
Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui sifat kohesi dalam aspal itu sendiri dan juga sifat elastisitas dari aspal. Untuk dapat mengetahui perubahan suhu perkerasan, aspal mempunyai daktilitas yang tinggi, namun jika terlalu tinggi akan memberikan performance yang kurang baik.

g. Berat jenis (specific gravity)
Berat jenis aspal meruapakn perbandingan berat aspal dan berat air pada volume yang sama dan pada suhu tertentu. Berat jenis aspal diperlukan untuk perhitungan analisa campuran.

h. Viskositas (viscosity)
Pemeriksaan viskositas bertujuan untuk mengetahui kekentalan aspal. Viskositas aspal erat kaitannya dengan kemudahan pengerjaan aspal dalam proses pencampuran atau penyemprotan serta memaksimalkan pemadatan. Dari hasil pemeriksaan akan diperoleh temperature untuk kekentalan aspal yang paling baik dalam proses pencampuran dan penyemprotan.


Proses terjadinya aspal

Sebagian besar dari aspal yang digunakan secara komersial diperoleh dari minyak bumi. Meskipun demikian, sejumlah besar aspal terjadi dalam bentuk terkonsentrasi di alam. Alami deposito aspal / bitumen terbentuk dari sisa-sisa kuno, mikroskopis ganggang ( diatom ) dan hal-hal sekali-hidup lainnya. Sisa-sisa tersebut disimpan di lumpur di dasar laut atau danau di mana organisme hidup. Di bawah panas (di atas 50 ° C) dan tekanan dari pemakaman jauh di dalam bumi, sisa-sisa diubah menjadi bahan seperti aspal / bitumen, kerogen , atau minyak bumi.

Deposito alami aspal / bitumen termasuk danau seperti Danau pitch di Trinidad dan Tobago dan Danau Bermudez di Venezuela. Alami merembes dari aspal / bitumen terjadi di La Brea Tar Pits dan di Laut Mati .

Aspal / bitumen juga terjadi di batupasir yang tidak terkonsolidasi dikenal sebagai “pasir minyak” di Alberta, Kanada, dan sejenisnya “tar pasir” di Utah, AS. Provinsi Kanada Alberta memiliki sebagian dari cadangan dunia aspal alam, dalam tiga deposito besar yang meliputi 142.000 kilometer persegi (55.000 sq mi), area yang lebih besar dari Inggris atau negara bagian New York . Ini pasir bituminous berisi 166 miliar barel (26,4 × 10 9 m 3) cadangan minyak komersial didirikan, memberikan Kanada terbesar ketiga cadangan minyak di dunia. dan menghasilkan lebih dari 2,3 juta barel per hari (370 × 10 3 m 3 / d) dari minyak mentah berat dan minyak mentah sintetis . Meskipun secara historis itu digunakan tanpa pemurnian untuk membuka jalan, hampir semua aspal sekarang digunakan sebagai bahan baku untuk kilang minyak di Kanada dan Amerika Serikat.

Deposit terbesar di dunia aspal alam, yang dikenal sebagai pasir minyak Athabasca terletak di Formasi McMurray dari Northern Alberta. Formasi ini dari awal Cretaceous , dan terdiri dari berbagai lensa pasir minyak bearing dengan minyak hingga 20%. Studi isotop atribut deposito minyak menjadi sekitar 110 juta tahun. Dua kecil tapi masih formasi yang sangat besar terjadi di pasir minyak Peace River dan pasir minyak Danau Dingin , di sebelah barat dan tenggara dari pasir minyak Athabasca, masing-masing. Aspal deposito Alberta, hanya bagian dari pasir minyak Athabasca cukup dangkal cocok untuk pertambangan permukaan. 80% lainnya harus diproduksi oleh sumur minyak menggunakan enhanced oil recovery teknik seperti drainase gravitasi uap dibantu .
Minyak berat atau aspal deposito jauh lebih kecil juga terjadi di Uinta Basin di Utah, AS. kira-kira 6% aspal.

Aspal / bitumen terjadi di pembuluh darah hidrotermal . Contoh dari ini adalah dalam Uinta Basin dari Utah, di Amerika Serikat, di mana ada segerombolan lateral dan vertikal vena yang luas terdiri dari hidrokarbon padat disebut Gilsonite . Vena ini dibentuk oleh polimerisasi dan pemadatan hidrokarbon yang dimobilisasi dari serpih minyak yang lebih dalam dari Formasi Green River selama penguburan dan diagenesis.

Aspal / bitumen mirip dengan bahan organik di meteorit karbon. Namun, studi rinci telah menunjukkan bahan-bahan tersebut menjadi berbeda. Sumber daya yang luas Alberta aspal diyakini telah dimulai sebagai bahan hidup dari tanaman dan hewan laut , terutama ganggang, yang mati jutaan tahun yang lalu ketika sebuah laut kuno tertutup Alberta. Mereka tertutup oleh lumpur, dikubur dalam selama ribuan tahun, dan dengan lembut dimasak dalam minyak dengan panas bumi pada suhu 50 sampai 150 ° C (120-300 ° F). Karena tekanan dari meningkatnya dari Rocky Mountains di barat daya Alberta, 80-55000000 tahun yang lalu, minyak didorong timur laut ratusan kilometer ke deposito pasir bawah tanah yang ditinggalkan oleh dasar sungai kuno dan pantai laut, sehingga membentuk pasir minyak.





Sumber:



http://coratcoretapaaja.blogspot.com/2012/04/bahan-susun-campuran-asphaltic-concrete.html
https://bisakimia.com/2016/07/31/proses-terjadinya-aspal/





Our Blog

55 Cups
Average weekly coffee drank
9000 Lines
Average weekly lines of code
400 Customers
Average yearly happy clients

Our Team

Tim Malkovic
CEO
David Bell
Creative Designer
Eve Stinger
Sales Manager
Will Peters
Developer

Contact

Talk to us

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Dolores iusto fugit esse soluta quae debitis quibusdam harum voluptatem, maxime, aliquam sequi. Tempora ipsum magni unde velit corporis fuga, necessitatibus blanditiis.

Alamat:

Jln.Geres-Suralaga Kab. Lombok Timur NTB

Waktu Kerja:

Senin-Sabtu 08:00-23:59

Phone:

+6287865761174

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Agus Rahmawan (417110001)

NAMA : AGUS RAHMAWAN NIM    : 417110001 MATKUL : TJR III PENJELASAN DETAIL TENTANG 3K , DAN URAIAN DETAIL TENTANG DOKUMEN LIN...